LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOKIMIA
II
OLEH
MUHAMMAD
TORAS
1002101010049
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2012
BAB
1
PENDAHULUAN
Makanan
yang masuk ke dalam mulut biasanya masih berbentuk potongan atau keratan yang
mempunyai ukuran relatif besar dan tidak dapat diserap langsung oleh dinding
usus. Oleh karena itu sebelum siap diserap oleh dinding usus makanan tersebut
harus melewati sistem pencernaan makanan yang terdiri atas beberapa organ
tubuh, yaitu mulut, lambung, dan usus dengan bantuan pankreas dan empedu. Dalam
mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan dikunyah.
Selama penghancuran secara mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada di
sekitar mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah. Tiga kelenjar
saliva yaitu kelenjar sublingual, kelenjar submaksilar, dan kelenjar parotid.
Kelenjar sublingual adalah kelenjar saliva yang paling kecil, terletak di bawah
lidah bagian depan. Kelenjar submaksilar terletak di belakang kelenjar
sublingual dan lebih dalam. Kelenjar parotid ialah kelenjar saliva paling besar
dan terletak di bagian atau mulut di depan telinga .
Setiap
hari sekitar 1-1.5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva
terdiri atas 99.24% air dan 0.58% terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+,
Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-,
SO42-, dan zat-zat organik seperti musin dan enzim
amilase (ptialin). Musin suatu glikoprotein dikeluarkan oleh kelenjar
sublingual dan kelenjar submaksilar, sedangkan ptialin dikeluarkan oleh
kelenjar parotid.
Musin
dalam saliva adalah suatu zat yang kental dan licin yang berfungsi membasahi
makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlacar proses menelan
makanan. Cairan air liur mengandung α-amilase yang menghidrolisa ikatan α(1→4)
pada cabang sebelah luar glikogen dan amilopektin menjadi glukosa, sejumlah
kecil maltosa, dan suatu inti tahan hidrolisa yang disebut dekstrin. Hanya
sebagian kecil amilum yang dapat dicema di dalam mulut, oleh karena itu
sebaiknya makanan dikunyah lebih lama untuk memberi kesempatan lebih banyak
pemecahan amilum di rongga mulut.
Praktikum
ini bertujuan mengetahui susunan air liur, mengetahui sifat fisik dan sifat
kimia air liur melalui pengaruh suhu dan pH, dan mengetahui proses hidrolisis
pati oleh amilase air liur. Metode yang akan digunakan meliputi uji-uji umum
karbohidrat, uji umum protein, uji
penentuan
pH dan suhu optimum. Manfaat yang diperoleh dari hasil praktikum ini adalah
didapatnya informasi bahwa keberadaan enzim amilase di dalam tubuh manusia
sangat penting. Enzim amilase ikut bertanggung jawab menjaga kesehatan dan
proses metabolisme di dalam tubuh. Kekurangan enzim amilase dapat menyebabkan
tubuh mengalami gangguan pencernaan (maladigesti), yang selanjutnya menyebabkan
gangguan penyerapan (malabsorpsi).
BAB
II
Tinjauan
pustaka
Dalam
mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan dikunyah.
Makanan yang dimakan dalam bentuk besar diubah menjadi ukuran yang lebih kecil.
Makin lama mengunyah makin baik sebab penghancuran lebih efektif. Apabila
makanan menjadi kecil ukurannya maka luas permukaan akan bertambah. Selama
penghancuran secara mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada di sekitar mulut
mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah (Poedjiadi, 2007 :234).
Getah
saliva dihasilkan oleh kelenjar ludah yang terdapat dalam rongga mulut, yang
mengandung air sekitar 99%. Zat padat yang terdapat dalam saliva diantaranya
ptyalin (amylase), musin (suatu senyawa glikoprotein) dan sejumlah
senyawa-senyawa yang juga terdapat dalam darah dan urin seperti amoniak,
asam-asam amino, urea, asam urat, kolestrol serta kation (Ca2+, Na+, K+,Mg2+)
dan anion seperti PO43-, Cl- dan HCO3- pH sekitar 6,8 (Anonimous,2011).
Kelenjar
saliva dibagi menjadi 2, yaitu kelnjar saliva utama/mayor dan kelenjar saliva
minor. Kelenjar saliva mayor yang merupakan kelenjar ekstrinsik yang
mengeluarkan sekretnya ke dalam rongga mulut secara intermitten. Kelenjar
saliva mayor ini terdiri dari 3 kelenjar besar meliputi kelenjar parotis, sub
mandibularis, dan sub lingualis. Sedangkan kelenjar saliva minor adalah
kelenjar yang letaknya tersebar pada mukosa dan sub mukosa rongga
mulut,merupakan kelenjar kecil-kecil yang mengeluarkan sekretnya terus-menerus
(Putri,2010).
Menurut
Sandira (2009:1), secara garis besar fungsi saliva/ ludah ada 5 yaitu:
·
Perlindungan permukaan mulut
·
Pengeluaran kandungan air
·
Anti virus dan produk metabolism
·
Pencernaan makanan dan pengecap
·
Diferensiasi dan pertumbuhan sel
Enzim
sangatlah spesifik, baik terhadap reaksi yang dikatalisnya maupun terhadap
reaktan yang diolahnya, yang disebut substrat. Suatu enzim biasanya mengkatalis
satu reaksi kimia saja, atau seperngkat reaksi yang sejenis. Dalam reaksi
enzimatis, jarang sekali terjadi reaksi sampingan yang menyebabkan terbantuknya
hasil sampingan tidak berguna. Ini berbeda reaksi non enzimatik. Tingkat
spesifikasi terhadap substrat biasanya tinggi dan kerap kali mutlak
(Stryer,2000:182).
Ptyalin
merupakan protein yang berada di dalam air liur. Ptyalin dapat membantu proses
pencernaan makanan dengan memecah pati menjadi potongan-potongan gula yang
larut air. Enzim ptyalin merupakan nama lain dari amylase yang hanya ditemukan
dalam air liur manusia. Zat ini dikenal lebih akrab sebagai amylase saliva
(Anonimous,2010).
Enzim
ptyalin dalam saliva merupakan suatu enzim amylase yang berfungsi untuk memecah
molekul amilum menjadi maltose dengan proses hidrolisis. Enzim ptyalin bekerja
secara optimal pada pH 6,8. Di samping karena musin adalah suatu zat yang
kental dan licin, maka saliva mempunyai fungsi membasahi makanan dan sebagai
pelumas yang memudahkan atau memperlancar proses menelan makanan. Enzim ptyalin
mulai tidak aktif pada pH 4,0, karena setelah makanan ditelan dan masuk ke
dalam lambung, proses hidrolisis oleh enzim ptyalin tidak berjalan lebih lama
lagi. Dalam lambung cairan ini hanya dapat bertahan selama 15-30 menit, karena
cairan dalam lambung bersifat sangat asam yaitu mempunyai pH antara 1,6-2,6.
Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran saliva dari kelenjar salivaadalah
pikiran tentang makanan yang disenangi, adanya bau makanan yang sedap atau
melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan selera
(Poedjiadi,2007:235-236).
Pati
dan glikogen dihidrolisis sempurna oleh aktivitas enzim yang terdapat dalam
saluran pencernaan, menjadi molekul unit pembangunnya yaitu D-glukosa bebas.
Proses ini dimulai dari mulut selama proses penguraian makanan, dengan bantuan
enzim amylase. Amylase pada air ludah bekerja memutuskan sejumlah ikatan α (1
4) glikosida pati dan glikogen sehingga dihasilkan campuran senyawa maltose,
glukosa dan oligosakarida. Kue crakers lambat laun terasa manis sewaktu kita
mengunyah karena kandungan zat patinya yang semula tak berasa, dihidrolisa
menghasilkan gula (Lehninger,1994:6).
BAB
III
METODELOGI
PERCOBAAN
Alat dan Bahan :
Pipet tetes
Gelas ukur
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Reagen Molisch
Penjepit tabung reaksi
Larutan pati 2%
HCl , H2SO4 dan
saliva
CARA KERJA
1. Sifat
dan susunan Air Liur
a) Kunyah
sepotong mangga,atau asam belimbing untuk merangsang pengeluaran air liur.
Kumpulkan 50 ml air liur dalam sebuah gelas kimia. Saring sebagian dan lakukan
percobaan berikut:
b) Air
Liur yang tidak disaring
Uji PH dengan lakmus,fenoftlain,merah
kongo atau indicator universal dan Uji biuret,dan molisch
2. Air
liur yang disaring
Tambahkan
2 ml air liur dengan 1 tetes asam sulfat. Apakah yang membentuk presipitat
Amorf ini?
3. Pengaruh
PH terhadap kerja amylase air liur
Cara
kerja
Sediakan
2 buah tabung dan isi dengan :
Tabung
1 : 2 ml larutan Hcl 0,4 % dengan PH 1
Tabung
11 : 2 ml larutan Aqudest dengan PH 7
Kemudian
Tambahkan 2 ml larutan Pati 1 % dan 2 ml air liur yang tidak disaring kedalam
setiap tabung. Aduk dengan baik dan letakkan pada penangas air 37 derjat
Celsius selama 15 menit kemudian tambahkan 1 tetes larutan iodium untuk tabung
1 dan teteskan benedict untuk tabung ke2. Namun percobaan ini tidak dilakukan
hanya menambahkan benedic saja.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Pengamatan sifat dan susunan
air liur
Uji
|
Pengamatan
|
Tampak luar
Fenoftlain
Merah kongo
Biuret
Molisch
Sulfat
Pengaruh PH
|
Warna: bening,konsistensi: encer,
bau:sedikit asam
Tidak berwarna
Larutan menjadi berubah warna
kuning
Terbentuk warna kuning yang
menandakan protein dalam mulut sedikit
Terbentuk endapan merah bata menandakan
adanya kandungan karbohidrat
Tidak terbentuk endapan Terbentuk
uji pengaruh ph terhadap kerja amilase :
homogen karena bereaksi pada kondisi asam, kurang homogen karna bereaksi
dengan kondisi normal, tidak homogen karena bereaksi dengan kondisi basa
|
Tabel 2 Pengamatan pengaruh pH
terhadap aktivitas amilase air liur
Larutan
|
pH
|
Uji iod
|
Uji Benedict
|
HCl
Akuades
|
1
7
|
Tidk dilakukan percobaannya
|
Kuning (++)
Kuning (++)
|
Keterangan
: Uji Benedict (semakin + semakin pekat kuningnya)
PEMBAHASAN
Air
liur (saliva) disekresi oleh tiga pasang kelenjar besar yaitu parotis,
submaksilaris dan sublingualis. Air liur parotis merupakan cairan hipotonis
yang sangat encer dengan konsentrasi zat padat yang rendah; air liur
submaksilaris dapat kental maupun encer tergantung pada rangsang simpatis
atau parasimpatisan; air liur sublingualis mengandung banyak musim. Selain itu
air liur juga disekresi oleh beberapa kelenjar kecil dalam mukosa mulut seperti
labialis, lingualis, bukal dan palatal. Sekresi air liur dari kelenjar ke dalam
mulut dapat disebabkan oleh rangsangan lokal dalam mulut atau oleh perangsangan
pusat akibat rangsang psikis atau somatik (Poedjaji 1994).
Saliva
adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa dan mengandung enzim
amilase. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan air liur (saliva) yang
menunjukkan bahwa saliva memiliki bobot jenis lebih besar daripada air, yaitu
1.008 g/mL. Penentuan sifat asam atau basa saliva ditentukan dengan cara
pengujian indikator. Indikator yang digunakan adalah Penolftalein dan merah kongo. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa
ketika saliva ditetesi indikator Fenoftlain maka saliva tersebut tidak berwarna
dan ketika saliva tersebut ditetesi indikator Merah kongo saliva tersebut
menjadi berwarna kuning. Warna-warna yang diperlihatkan pada kedua uji
indikator menunjukan bahwa saliva bersifat asam. Hal ini sesuai dengan sifat
dari air liur yang ber pH sedikit asam yaitu sekitar 6.8.
Saliva
biasanya mengandung peptida tetapi tidak mutlak ada. Hal ini dikarenakan
makanan setiap orang berbeda-beda. Ada yang mengandung protein dan ada yang
tidak. Pembentukan suatu ikatan amida antara dua asam amino atau lebih,
menghasilkan peptida. Peptida adalah asam poliamino dan ikatan amidanya yang
menyebabkan asam aminonya bergabung disebut ikatan peptida. Gugus perlindungan
yang tepat biasanya digunakan untuk menjamin kekhususan reaksi pada setiap
tahap (Pine 1988). Uji biuret biasanya diperlukan untuk mendeteksi adanya
ikatan peptida dalam suatu larutan. Reaksi biuret terjadi ketika suatu peptida
yang mempunyai dua buah ikatan peptida atau lebih dapat bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana basa dan membentuk suatu
senyawa kompleks yang berwarna ungu. Uji positif pada uji biuret ditandai
dengan terbentuk endapan putih pada dasar tabung.
Uji
Molisch adalah uji yang paling umum untuk menyatakan ada atau tidaknya karbohidrat
karena memberikan uji positif (cincin ungu) kepada semua karbohidrat yang lebih
besar daripada tetrosa. Uji Molisch terhadap saliva menunjukkan reaksi yang
positif, sedangkan menurut Lehninger (1998) saliva tidak mengandung
karbohidrat. Hal ini dapat disebabkan air liur yang dihasilkan probandus masih
mengandung sisa-sisa makanan. Uji musin, uji klorida, uji sulfat, dan uji
fosfat terhadap saliva juga menunjukkan reaksi positif karena saliva mengandung
musin dan garam-garam anorganik yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih
kecuali uji fosfat yang ditandai dengan terbentuknya endapan hijau kemerahan.
Keberadaan fosfat dan sulfat di dalam air liur tidak mutlak adanya. Hal
tersebut bergantung pada makanan yang kita konsumsi (Metjesh 1996).
Enzim
digolongkan menurut reaksi yang diikutinya. Commision
on Enzymes of the International Union of Biochemistry membagi enzim dalam enam golongan
besar, yaitu oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase, dan
ligase. Enzim yang termasuk dalam kelompok hidrolase bekerja sebagai katalis
pada reaksi hidrolisis. Salah satu enzim yang termasuk golongan ini ialah enzim
amilase yang dihasilkan air liur. Enzim amilase dapat memecah ikatan-ikatan
pada amilum hingga terbentuk maltosa (Maryati 2000)
Karbohidrat
yang masuk melalui mulut harus dipecah terlebih dulu menjadi persenyawaan yang
lebih sederhana sebelum dapat melewati dinding usus dan masuk ke sirkulasi
darah. Monosakarida adalah karbohidrat sederhana yang secara normal bisa
melewati dinding usus. Proses pemecahan karbohidrat ini disebut pencernaan
karbohidrat yang dibantu dengan enzim amilase. Dalam mulut, makanan bercampur
dengan amilase yang akan mengubah pati menjadi dekstrin. Umumnya hanya sebagian
kecil saja yang dapat dicerna. Sebelum makanan bereaksi asam dengan adanya HCl
yang diproduksi asam lambung, pati akan diubah sebisa mungkin menjadi
disakarida (Maryati 2000).
BAB
V
KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa
proses pencernaan berawal di dalam rongga mulut yang dikatalis dengan enzim
amilase yang terdapat di dalam saliva. Selain itu kadar hidrolisis amilum akan
semakin sempurna jika kontak permukaan substrat dengan enzim tersebut makin
lama. Kerja enzim amylase tersebut sangat spesifik terbukti dengan tidak adanya
reaksi pada penambahan HCl dan pemanasan. Berdasarkan uji lakmus PP dan merah
kongo, saliva memiliki pH asam. Saliva mengandung protein berdasarkan uji
Biuret . Hasil positif pada uji Molisch disebabkan adanya sisa makanan pada air
liur probandus. klorida, sulfat menunjukkan reaksi yang positif. Di dalam
mulut, enzim yang bekerja adalah enzim amilase. Enzim amilase pada keadaan
netral mengubah amilum menjadi glukosa dan maltosa.
KEPUSTAKAAN
Anonim. 2009. “Khasiat Saliva”.
Dalam http://masenchipz.com/khasiat-saliva.Ahmad,
Hiskia. 2000. Larutan Asam
dan Basa. Bandung :
Ganesha.
D.A. Pratiwi, dkk. 2007. Biologi Untuk SMA
Kelas XI.Jakarta:Erlangga.
Tim Penyusun. 2004. Biologi 2b Kelas 2 SMA Semester 2. Jakarta: Intan Pariwara Lehinger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Matjesh,
Sabirin. 1996. Kimia Organik
II. Jakarta :
Depdikbud
Maryati,
Sri. 2000. Sistem Pencernaan
Makanan. Jakarta :
Erlangga
Pine,
H. Stanley. 1988. Kimia
Organik. Bandung :
ITB Press
Poedjaji.
Anna. 1994. Dasar-dasar
Biokimia. Jakarta :
UI Press
Prawirohartono,
Slamet. 2000. Biologi Sains. Jakarta : Bumi Aksara
Wulangi, K.S. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. DepDikBud.
Jakarta.
BAB
1
PENDAHULUAN
Tujuan
dari praktikum ini adalah :
·
Untuk mengetahui percobaan emulsi dengan empedu
·
Untuk menyatakan pigmen empedu
·
Untuk menyatakan garam empedu
BAB
II
Tinjauan
pustaka
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan
berwarna hijau kekuningan, yang
disekresikan
oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu dihasilkan secara
terus-menerus
oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu
kantung
empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum, lepasnya
kolesistokinin
akan merangsang kontraksi kantung empedu dan keluarnya empedu akan
dihimpun
ke dalam duodenum (Kimball, 2007: 451).
Cairan empedu yang pekat ini lebih efektif untuk
mencerna makananan dibandingkan yang langsung dari hati tadi (Y3n, 2009).
Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory
dan sebagian adalah sekresi dari
pencernaan.
Garam-garam empedu termasuk ke dalam kelompok garam natrium dan kalium
dari
asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu derifat/turunan
dari
sistin.
Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin
yang
larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang
berasal
dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam
empedu)
dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang peranan penting
dalam
fungsi empedu juga disekresi dalam empedu (Jevuska, 2009).
Asam-asam empedu membantu emulsifikasi lipid yang
dimakan, suatu proses yang
memudahkan
pencernaan enzimatik dan absorbsi lemak diet. Asam-asam deoksikolat dan
litokolat
adalah asam-asam empedu sekunder yang disintesis dalam usus lewat kerjanya
enzim-enzim
bakteri pada asam-asam empedu primer. Hanya sebagian asam-asam empedu
primer
yang terdapat dalam usus diubah menjadi asam empedu sekunder (Montgomery,
1993:
911-912).
Sebelum
masuk ke usus kecil empedu bercampur dahulu dengan getah pancreas.Empedu
bereaksi alkalis. Di antara bahan-bahan terpenting yang terdapat di dalam
empedu adalah garam-garam empedu (Natrium glikokolat dan Taurokolat),
pigmen-pigmen empedu, lesitin, kolesterol, dan garam-garam organic. Empedu
merupakan campuran sekresi dan ekskresi. Bahan yang disekresi misalnya
garam-garam empedu dan yang diekskresi adalah pigmen-pigmen empedu dan
kolesterol. Garam-garam empedu membantu proses pencernaan dan penyerapan
vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Aktivitas tadi disebabkan karena:
- Garam
empedu merendahkan tegangan permukaan dan membantu emulsifikasi lemak sehingga
memudahkan pencernaan.
- Garam
empedu berikatan dengan asam lemak membentuk suatu kompleks yang lebih mudah
larut dan diserap.
Di
samping mengekskresikan sejumlah zat yang dibentuk di tempat lain di dalam
tubuh. Di antaranya yang terpenting adalah bilirubin, yang merupakan salah satu
produk akhir utama pemecahan hemoglobin. Dimana bila sel darah merah telah
melewati masa hidupnya, rata-rata 120 hari, maka membrane sel darah merah pecah
dan melepaskan hemoglobin yang difagositosis oleh sel-sel retikuloendotelial
sistem di seluruh tubuh. Di sini hemoglobin akan dipecah menjadi hem dan
globin, lalu cincin hem cepat dikonversi menjadi bilirubin yang dilepaskan ke
dalam plasma atau disebut bilirubun I. Kemudian ada juga oleh sel hepar menjadi
bilirubin II yang diekskresikan oleh transport aktif ke dalam empedu.
Empedu
diproduksi oleh hati dan disimpan di dalam kandung empedu. Selama pencernaan,
kandung empedu berkontraksi dan menyalurkan empedu ke usus kecil. Banyaknya
empedu yang disalurkan tergantung dari:
Jenis makanan, makin banyak makanan (lemak)
maka makin banyak empedu.
Susunan empedu dalam hati
Perangsangan
empedu tergantung dua faktor:
Faktor makanan
Faktor hormonal
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
Alat
dan Bahan
a) Alat
Tabung reaksi
Tutup tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet
tetes
Pipet ukur
Kertas saring
Gelas
kimia
Gelas ukuran
Penjepit
tabung reaksi
Pengaduk\
b) Bahan
Empedu
Asam asetat
Asam nitrat
Iodium,dan sukrosa
Cara
Kerja
1. Sifat
empedu
Catat
warna, bau,konsistensi, PH
2. Musin
dan zat organic
Asamkan
25 ml empedu encer dengan asam asetat 10%. Musin akan mengendap.
3. Uji
Gmelin
Masukkan
3 ml asam nitrat pekat kedalam tabung reaksi.tambahkan 3 ml empedu encer dengan
hati-hati sehingga keduanyatidak tercampu. Perhatikan warna yang terlihat.
4. Uji
smith
Masukkan
sedikit empedu yang sangat encer dan
beberapa tetes iodium 0,5% pada sebuah tabung reaksi sehingga terbentuk 2
lapisan cairan. Perhatikan cincin berwarna hijau tua atau biru kehijauan
dibawah lapisan iodium.
5. Uji
Petterkofer
Tambahkan
5 tetes sukrosa 5 % pada 5 ml empedu encer. Tambahakan 3 ml H2SO4 pekat dengan
hati-hati melalui dinding tabung sehingga terbentuk 2 lapisan cairan .Percobaan
menyatakan garam empedu (Pattenkoffer’s Test)
5
mL empedu + 5 tetes larutan sukrosa 5% + 5 mL asam sulfat pekat
Pada batas kedua larutan terlihat cincin
berwarna ungu
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Tabel
hasil percobaan
Uji
|
Pengamatan
|
Sifat empedu
Musin& zat organic
Uji Gmelin (HNO3
+ empedu)
Uji smith
Uji petterkofer
|
warna:hijau tua, bau khas empedu (amis), konsistensi : cair, pH:8
mengendap
terlihat 2 cincin hijau:
empedu,hitam:garam empedu,coklat:pigmen empedu
terlihat cincin berwarna hijau tua di
bawah iodium, menandakan empedu punya pigmen
terbentuk cincin warna hitam yang
menandakan adanya asam empedu. berwarna hitam menandakan asam empedu yang
terbakar oleh h2so4 pekat. semakin bnyk h2so4 pekat maka semakin bnyk pula
cairan berwarnahitam.
|
Cairan empedu dihasilkan dari hati dan disimpan didalam
kandung empedu yang
memiliki
panjang sekitar 5-7 cm dan merupakan membran berotot. Kandung empedu terbagi
ke
dalam sebuah fundus, badan, dan leher. Cairan empedu yang berwarna hijau tua
berasal
dari
bilirubin yang merupakan pigmen empedu. Bilirubin ini terbentuk dari penguraian
hemoglobin,
asam-asam empedu, dan kolesterol. Adanya bilirubin ini dapat dibuktikan
dengan
reaksi gmelin sehingga diperoleh hasil positif yang menghasilkan turunan yang
berwarna
yang ditandai dengan adanya banyak fase yang terbentuk yang terdiri dari
berbagai
warna.
(Trinaningsih, 2007).
Hal ini
terjadi akibat oksidasi bilirubin yang merupakan pigmen
empedu
oleh HNO3. Pada uji pettenkofer, larutan sukrosa dengan H2SO4 sehingga
terbentuk
gula
heksosa yang kemudian membentuk suatu senyawa hidroksimetilfurfural yang dengan
adanya
cairan empedu akan terbentuk suatu cincin ungu.
Empedu memegang peran penting dalam proses
pencernaan lemak. Dimana garam-garam empedu ini mempunyai peranan sebagai
pengemulsi, penghancuran dari molekul-molekul besar lemak (dalam hal ini yang
digunakan adalah minyak) menjadi suspensi dari lemak. Garam-garam empedu ini
bergabung dengan lemak dan membentuk micelles, yaitu kompleks yang larut dalam
air. Hal inilah yang menyebabkan lemak lebih mudah terserap dalam system
pencernaan (efek hidrotrofik)
(Jevuska,
2009).
Pada
percobaan untuk menyatakan pigmen empedu kami memasukkan 2 mL asam nitrat pekat
dan 2 mL empedu ke dalam tabung reaksi. Pada tabung reaksi terlihat cincin
berwarna hijau pada batas antara larutan asam nitrat pekat dan empedu. Hal ini
dikarenakan asam nitrat merupakan oksidator, dimana asam nitrat mengoksidasi
pigmen empedu atau bilirubinyang berwarna merah menjadi biliverdin yang
berwarna hijau.
Pada percobaan menyatakan garam empedu (Pattenkoffer’s
Test) kami memasukkan 5 mL empedu yang telah diencerkan dan 5 tetes larutan
sukrosa 5% kemudian menuangkan 5 mL asam sulfat pekat perlahan-lahan. Pada
batas kedua larutan terbentuk cincin berwarna ungu. Hal ini dikarenakan sukrosa
didehidrasi oleh asam sulfat pekat sehingga menjadi fulfural, kemudian furfural
yang bercampur dengan garam empedu membentuk warna ungu/violet
BAB
V
KESIMPULAN
Berdasarkan
data hasil pengamatan praktikan maka dapat
disimpulkan:
·
Air liur mekandung enzim amilase yang merupakan
suatu protein dan musin yang
·
Kandung
empedu mempunyai panjang sekitar 5-7 cm dan merupakan membrane berotot yang
berfungsi menyimpan cairan empedu yang berwarna hijau tua.
·
Didalam empedu terdapat bilirubin yang
merupakan pigmen empedu yang dapat diidentifikasi dengan uji gmelin dan
membentuk suatu turunan berwarna.
·
Asam nitrat adalah oksidator yang dapat merubah
pigmen empedu atau bilirubin (merah) menjadi biliverdin (hijau).
·
Asam sulfat pekat dapat mendehidrasi sukrosa
menjadi furfural.
KEPUSTAKAAN
Cryonpedia.
2010. Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia. http://www.crayonpedia.org/
mw/2.
Sistem_Pencernaan_Makanan_Pada_Manusia_11.2
[21 Mei 2010].
Jevuska.
2009. Proses Pembentukan dan Sekresi Empedu.
http://www.jevuska.com/2009/
10/08/proses-pembentukan-dan-sekresi-empedu
[24 Mei 2010].
Kimball,
John W. 2007. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Montgomery,
Rex. 1993. Biokimia. Yogyakarta: UGM Press.
Poedjiadi,
Anna dan F. M. Titin Supryanti. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI
Press.
ac.id/download/fmipa/farmasi-mtsim2.pdf
[28 Mei 2010].
BAB
1
PENDAHULUAN
TUJUAN : Mengidentifikasi beberapa sifat-sifat
fisik air susu
Susu didefinisikan sebagai sekresi
dari kelenjar susu binatang yang menyusui anaknya. Selama berabad-abad sapi
selalu dipilih untuk produksi susu yang tinggi sehingga sekarang sapi perah
adalah salah satu penghasil susu yang efisien. Seekor sapi perah yang baik
menghasilkan kurang lebih 5000 liter susu per tahun (kira-kira 10 kali berat
badannya sendiri).
susu adalah hasil pemerahan dari
ternak sapi perah atau dari ternak menyusui lainnya yang diperah secara
kontinyu dimana komponen-komponennya tidak dikurangi dan tidak ditambahkan
bahan-bahan lain.
Susu bernilai gizi tinggi dan dapat
digunakan sebagai makanan manusia segala umur, sehingga susu merupakan makanan
yang dapat dikatakan sempurna.
Dewasa ini di negara-negara yang
sudah maju maupun di negara-negara yang sedang berkembang (termasuk di
Indonesia), sapi perah merupakan sumber utama penghasil susu yang mempunyai
nilai gizi tinggi. Walaupun ada pula susu yang dihasilkan oleh ternak lain
misalnya kerbau, kambing, kuda, dan domba, akan tetapi penggunaannya
dimasyarakat tidaklah sepopuler susu sapi perah.
BAB
II
Tinjauan
pustaka
Secara kimia susu adalah emulsi lemak dalam air yang
mengandung gula, garamgaram mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal.
Komponen utama susu adalah air, lemak, protein (kasein dan albumin), laktosa
(gula susu) dan abu. Komponen susu
selain
air merupakan Total Solid (TS) dan TS tanpa komponen lemak merupakan Solid
Non
Fat (SNF). Beberapa istilah lain yang biasa digunakan sehubungan dengan
komponen
utama
susu ini adalah plasma susu atau susu skim, yaitu bagian susu yang mengandung
semua
komponen kecuali lemak dan serum susu atau biasa disebut whey, yaitu
bagian susu yang mengandung semua komponen kecuali lemak dan kasein (Ajiel,
2009: 32).
Kasein merupakan protein tidak homogen yang dapat
dipisahkan dengan cara
elektroforesis
menjadi tiga komponen utama disebut kasein-α, kasein-β, dan kasein-γ,
menurut
urutan daya gerak yang menurun. Kasein mengandung fosfor 0,86% dan dianggap
bahwa
fosfor ini terdapat secara khusus dalam bentuk ester monofosfat dengan gugus
hidroksil
serina dan treonina. Hidrolisis kasein secara khusus dan terbatas dengan enzim
proteolitik
menghasilkan sejumlah polipeptida besar yang tidak dapat dihidrolisis lebih
lanjut.
Protein dari susu semula dianggap terdiri atas dua komponen utama, laktalbumin
dan
laktoglobulin. Kemudian diketahui bahwa laktalbumin mengandung protein dengan
ciri-ciri
suatu globulin yang dikenal dengan β-laktoglobulin (Deman, 1997: 137-139).
Dua faktor yang dapat mempengaruhi
sifat-sifat fisik air susu adalah komposisisnya dan perubahannya yang terjadi
pada komponen yang dikandungnya. Perubahan yang terjadi bisa karena kerusakan
ataupun karena proses pengolahan.
Susu dari binatang menyusui dan komposisi rata-ratanya
dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Komposisi rata-rata dari
binatang menyusui
Jenis
|
Lemak (%)
|
Protein (%)
|
Laktosa (%)
|
Abu (%)
|
Air (%)
|
Manusia
|
3,80
|
1,20
|
7,00
|
0,21
|
87,60
|
Sapi
|
3,90
|
3,40
|
4,80
|
0,72
|
87,10
|
Kambing
|
4,09
|
3,71
|
4,20
|
0,79
|
87,81
|
Kuda
|
1,59
|
2,00
|
6,14
|
0,41
|
89,86
|
Kelinci
|
13,60
|
12,95
|
2,40
|
2,55
|
68,50
|
Susu juga mengandung mineral dan vitamin. Adapun kandungan
rata-rata mineral dalam susu sapi dan abu dapat dilihat pada tabel 2 dan
kandungan rata-rata vitamin pada susu segar dapat dilihat pada tabel 3.
Unsur
|
Dalam susu (%)
|
Dalam abu (%)
|
Potasium
|
0,140
|
20,0
|
Kalsium
|
0,125
|
17,4
|
Klorin
|
0,103
|
14,5
|
Fosforus
|
0,096
|
13,3
|
Sodium
|
0,056
|
7,8
|
Magnesium
|
0,012
|
1,4
|
Sulfur
|
0,025
|
3,6
|
Susu merupakan suaru campuran yang kompleks terdiri dari
lemak, karbohidrat,protein, dan banyak senyawa organik lainnya. Serta
garam-garam inorganik yang terlarut atau terdispersi di dalam air. Jumlah dan
kandungan senyawa senyawa tersebut dalam susu tertentu boleh dikatakan
merupakan suaru yang khas menentukan sifat fisika dan kimianya.
BAB
III
METODELOGI
PERCOBAAN
ALAT
DAN BAHAN
1.
Alat-alat :
Gelas kimia
Pipet tetes
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Erlenmeyer
Penangas air
Penjepit
Pengaduk
2.
Bahan-bahan :
Kertas lakmus
Air susu murni (bear brand)
Aquades
NaOH ,H2SO4 pekat
Cara
Kerja:
1. Sifat
air susu
Masukkan
air susu kedalam gelas kimia kemudian amati warnanya, bau,rasa konsistensi dan
PH nya dengan menggunakan lakmus atau indicator universal.
2. Pembentukan
Filament
-
masukkan air susu 25 ml kedalam gelas
kimia
-
Panaskan dan perhatikan apa yang
terlihat pada permukaan susus tersebut!
3. Uji
alcohol 96 %
Masukkan
susu 1 ml dan tambahkan alcohol 96%
4. Uji
kasein
Masukkan air susu
kedalam tabung reaksi sebanyak 1 ml kemudian teteskan :
·
Susu+Naoh
·
Susu+HCL pekat
·
Susu +NACO3
·
Susu+ HCL encer
Amati apa yang terjadi!!!
5. Ui
kandungan sulfat
Susu
4 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian tetesi dengan HCL dan BaCL2
masing-masing 2 ml
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Pengamatan
Uji
|
Pengamatan
|
Sifat air susu
Pembentukan selaput
Uji alcohol 96%
Uji kasein
Uji kandungan sulfat
|
sifat air susu, warna : putih, bau :
bau khas susu, rasa : hambar, konsistensi:encer,pH:basa.
pembentukn selaput, terbentukfilamen
akibat gelembung2 dari pemanasan.
Terbentuk endapan susu
terbentuk
kasein
adanya
sulfat dibawah tabung reaksi yang agak kelihatan melayang di bawah sinar
matahari
|
Penentuan massa jenis pada susu murni maupun susu
yang telah diencerkan tidak
memiliki
perbedaan tyang signifikan, karena pada dasarnya komponen dasar susu 84%
adalah
air, sisanya adalah lemak, protein dan kandungan lainnya. Susu yang maih segar
atau
belum dikeluarkan dari tempatnya memiliki pH netral, karena belum
terkontaminasi
oleh
lingkungan.
Setiap protein memiliki aktivitas biologis yang
dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya,
baik suhu, pH dsb. Suatu protein aktivitas biologisnya akan berlangsung secara
optimum
jika suhu, pH dan lingkungan sekitarnya pada kondisi yang tepat. Jika tidak,
maka
protein akan terdenaturarisasi, sama halnya pada susu. Untuk percobaan
pengendapan
kasein dan menunjukkan adanya lactalbumin diperoleh endapan karena pH
dan
suhunya dirubah sehingga kedua protein tersebut terdenaturarisasi.
Pembentukan
Film
Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui apa yang terjadi jika air susu dipanaskan. Pada pemanasan pertama
susu yang mendidih ternyata membentuk selaput yang berwarna putih, kemudian
selaput tersebut diambil dan dilakukan tes millon. Setelah ditetesi reagent
millon, selaput tersebut menjadi berwarna kuning.setelah didiamkan, lama
kelamaan menjadi coklat tua kemerahan. Air susu yang dipanaskan tadi dibiarkan
dingin, kemudian dipanaskan kembali hingga tiga kali pemanasan.
Pada pemanasan kedua masih terbentuk
selaput dan setelah diuji dengan tes millon, selaput menjadi coklat tua
kemerahan tetapi lebih pudar dari selaput pertama. Pada pemanasan ketiga juga
masih terbentuk selaput. Tetapi selaput yang terbentuk pada pemanasan ketiga
lebih sedikit daripada pemanasan petama dan kedua. Pada percobaan kali ini
pengambilan film dilakukan 3 kali.
Selaput yang terbentuk ini merupakan
campuran antara kasein dan garam kalsium. Air susu mengandung protein yang
salah satunya adalah kasein. Titik isoelektrik larutan susu adalah 4,6. Namun
pH normal larutan air susu adalah 6,0 - 6,6. Kasein dari air susu ini terdapat
sebagai garam yang larut dalam kalsium karbonat dan tidak dapat digumpalkan
dengan adanya pendidihan. Akan tetapi, membentuk lapisan tipis pada permukaan
atas larutan. Larutan ini tidak akan terbentuk jika terjadi pemanasan.
Dalam peristiwa ini, kasein
dihidrolisis menjadi kasein yang larut pada Ca2+ dan cairan
jernihnya disebut “whey” yang masih mengandung albumin dan globulin serta
garam-garam yang larut. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan selaput yang
terbentuk merupakan kasein yang tercampur dengan garam kalsium pada pemanasan
pertama.
BAB
V
KESIMPULAN
Dua faktor yang dapat mempengaruhi
sifat-sifat fisik air susu adalah komposisisnya dan perubahannya yang terjadi
pada komponen yang dikandungnya. Perubahan yang terjadi bisa karena kerusakan
ataupun karena proses pengolahan.
KEPUSTAKAAN
Aisyiah Birinda. 1993. Biokimia I. Jakarta :
Gramedia.
Ana Poedjiati. 1999. Dasar-dasar Biokimia.
Jakarta : UI Press.
BAB
1
PENDAHULUAN
Tujuan
penulisan makalah ini adalah:
Mengetahui
senyawa-senyawa organic dan anorganik dalam urin normal
Mengetahui
senyawa-senyawa yang terdapat dalam urin abnormal
Mengetahui
sendimen-sendimen normal dan abnormal dalam urin.
BAB
II
Tinjauan
pustaka
Secara umum urin berwarna
kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental berwarna
kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan
agak lama akan berwarna kuning keruh. Berat jenis urin 1,002 – 1,035.
Secara kimiawi kandungan zat dalan
urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam
hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism
lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat
toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel
darah Kristal kapur dsb)
Urin normal memiliki kisaran pH antara 5-7 sehingga bisa
disebut sedikit asam. Hal ini bergantung pada konsumsi. Urin lebih asam jika
banyak mengkonsumsi protein, sebaliknya bagi vegetarian urin akan bersifat
basa. Untuk mengukurnya bisa digunakan kertas indikator universal dan
mencocokkannya dengan warna standar pH.
Bau urin dapat bervariasi karena kandungan asam organik yang
mudah menguap. Diantara bau yang berlainan dari normal seperti: bau oleh
makanan yang mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol, petai, durian, asperse
dll. Bau obat-obatan seperti terpentin, menthol dsb, Bau amoniak biasanya
terjadi kalau urin dibiarkan tanpa pengawet atau karena reaksi oleh bakteri
yang mengubah ureum di dalam kantong kemih.Bau keton sering pada penderita
kencing manis, dan bau busuk sering terjadi pada penderita keganasan (tumor) di
saluran kemih.
Urin
adalah cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur,
garam-garam anorganik dan pigmen-pigmen (zat warna). Biasanya urin dieksresikan
secara rutin tiap hari. Jumlah dari pengeluaran ini bervariasi, biasanya
bergantung pakan, kerja, temperatur, lingkungan, konsumsi air, dan musim.
Didalam tubuh, urin ditampung dalam kandung kemih melalui ureter. Kandung kemih
ini bersifat dapat mengembang ( Kustono, 1997 ).
Air
yang keluar dari ginjal disebut urin dan jumlahnya bervariasi tergantung dari
banyak faktor antara lain: volume dan susunan cairan tubuh, jumlah air yang
masuk, jumlah air yang keluar lewat saluran atau jalan lain, jumlah hasil
metabolisme dan hasil akhir yang mengandung nitrogen atau urea (Kamal, 1999).
Beberapa
khlor yang terdapat dalam pada urin sebagian besar berasal dari makanan yang
dimakan ternak. Semakin besar kandungan khlor dalam bahan pakan maka kadar
khlor yang kadar khlor dalam urin juga akan meningkat (Murray et al.,2003).
Apabila
urin pekat, terjadi retensi air dibandingkan zat terlarut dan bila urin encer,
terjadi ekskresi air yang lebih dibandingkan zat terlarut. Kedua hal ini
memiliki arti penting dalam konservasi dan pengaturan osmolalitas cairan tubuh.
Pengaturan ekskresi air terutama dilakukan oleh hormon vasopresin yang berkerja
pada duktus kolingentes (Ganong, 2003).
Perbedaan
kandungan Cl dalam urin dapat disebabkan karena perbedaan ginjal, misalnya
perubahan jumlah yang difiltrasi dan reabsorbsi dalam tubulus, kadar aldesteron
dalam darah dan hormon-hormon adrenokorteksialin dan hormon neuratik (Ganong,
2003).
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa
seperti racun atauobat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan
umum menganggap urin sebagaizat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing
yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika
urin berasal dariginjal dan saluran kencing yang sehat,
secara medis urin sebenarnya cukup steril danhampir
bau yang dihasilkan berasal dariurea. Sehingga bisa
diakatakan bahwa
urin itu merupakan zat yang steril
(sumber: wikipedia.org)
urin normal memiliki kisaran pH
antara 5-7 sehingga bisa disebut sedikit asam. Hal ini bergantung pada
konsumsi. Urin lebih asam jika banyak mengkonsumsi protein, sebaliknya bagi
vegetarian urin akan bersifat basa. Untuk mengukurnya bisa digunakan kertas
indikator universal dan mencocokkannya dengan warna standar pH.
BAB
III
METODELOGI
PERCOBAAN
Alat
dan bahan
·
Tabung reaksi 4 buah
·
Rak tabung
·
Indicator universal
·
Penjepit tabung reaksi
·
Spritus
·
Urine
·
Gelas ukur
·
Larutan biuret,lugol,HNO3,benedic
Cara
Kerja
1. Uji
organoleptik dan uji PH
Catat semua hal berikut
yaitu
a. Volume
urin (dalam urin)
b. Warna,bau
dan kejernihan urin
c. Ph
urin dengan menguji reaksinya terhadap lakmus, kertas indicator
universal,kemudian dapat juga diperiksa dengan merah kongo/fenoftlain
2. Uji
Garam amoniak
Tambahkan NAOH encer
pada beberapa ml urin sehingga reaksinya alkalis. Panaskan urin tersebut dan
cium bau yang keluar. Uji uapnya dengan lakmus merah yang sudah dibasahi dengan
air.
3. Uji
sulfat anorganik
Tambahkan sedikit HCL
dan BACL2 encer pada 10 ml urin. Terlihat endapan putih.
4. Uji
kandungan glukosa dalam urin
Cara untuk menunjukkan
adanya glukosa yang berdasarkan reduksi ion Cu adalah uji fehling dan benedic
namun dalam praktikum ini kita hanya melakukannya dengan uji benedic
Cara kerja: campurkan
2,5 ml pereaksi benedic kualitatif dengan 4 tetes urin. Panaskan selama 5 menit
pada penangas air mendidih atau didihkan diatas api kecil selama 1 menit.
Biarkan menjadi dingin.
5. Menunjukan
adanya zat keton
Uji ini dinamakan
dengan uji iodoform (lieben),caranya : tambahkan larutan lugol dan NaOH pada
urin. Endapan kuning menyatakan zat keton
6. Menunjukkan
adanya protein
Yaitu disebut dengan ui
heller caranya : isi sebuah tabung reaksi dengan 3 ml asam nitrat pekat .
Tambahkan dengan hati-hati 3 ml urin jernih sehingga terbentuk 2 lapisan
cairan. Terbetuknya cincin putih menyatakan adanya protein.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Pengamatan keseluruhan
Uji
|
Pengamatan
|
organoleptik
uji Garam amoniak
Uji sulfat organik
Uji glukosa
Uji kandungan protein
Uji keton
|
Warna :bening kekuningan, bau: bau
khas, konsistensi: cair,
lakmus: basa
merah kongo: merah (basa), FF:
bening(basa)
Bintik-bintik biru berarti basa
Warna keruh (ada endapan) terdapat
sulfat
Warna biru (basa) tidak terdapat
glukosa
Jernih
Terdapat endapan kuning
|
Bau
pada urin.
Jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang
sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika
keluar dari tubuh. Hanya saja beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri
akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat d dalam urin dan menghasilkan
bau yang khas terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea. Inilah yang sering
kita sebut bau pesing.
Uji
Kandungan glukosa.
Seharusnya dalam urin tidak lagi ada glukosa. Jika ada maka
inilah indikator penderita diabetes melitus. Ada tidaknya glukosa dapat diuji
dengan menambahkan benedict pada urin. Kemudian memanaskannya.
Uji
Kandungan protein.
Untuk mengujinya urin ditambahkan dengan biuret dan
mengamati perubahan warnanya. Urin akan berwarna ungu jika mengandung protein.
Uji
kandungan sulfat
Urin ditambahkan denga HCl dan BaSO4. Sehingga terbentuk
endapan putih yang menunjukkan adanya belerang anorganik, persamaan reaksinya:
BaCl2
+ SO4 2- -> BaSO4 + 2 Cl-
Kejernihan
Dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak
keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih.
Kekeruhan ringan disebut
nubeculayangterdiri
dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula
disebabkan oleh urat amorf,
fosfat
amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh
pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan
oleh
chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah
banyak.
Urine yang
mengandung protein menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak sempurna.
Indikator adanya protein dalam urine ditandai dengan terdapatnya cincin putih
diantara Asam nitrit pekat dan Urine.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari
praktikum ini dapat disimpulkan bahwa urin normal mengandung PH 4,7 – 8,0.
Warna urin normal kuning pucat sampai kuning . Ada beberapa zat normal urin
yaitu Urea,amoniak,asam amino,sulfat,mineral dll dalam persentase tertentu dan
dalam urin ada juga zat abnormal yaitu protein glukosa dll
KEPUSTAKAAN
Ali, I. 2008. http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalisis-analisis-kemih/
(online: 13 Desember 2009).
Ganong, W. F, Fisiologi Kedokteran edisi 14, Penerbit buku kedokteran, EGC, alih bahasa oleh dr. Petrus Andrianto.
Hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri.Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Pratiwi,D.A. 2004. Modul dasar-dasar biokimia. Jakarta : Bina Aksara.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Ganong, W. F, Fisiologi Kedokteran edisi 14, Penerbit buku kedokteran, EGC, alih bahasa oleh dr. Petrus Andrianto.
Hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri.Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Pratiwi,D.A. 2004. Modul dasar-dasar biokimia. Jakarta : Bina Aksara.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.